- Pengertian Emosi
Emosi
adalah setiap kegiatan aatau pergolakan pikiran,perasaan,nafsu,setiap
keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Emosi juga menujuk kepada
suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas,suatu keadaan biologis dan
psikologis,dan serangkaian kecendrungan untuk bertindak. Adapun perasaan
(feelings) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh
perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaaan jasmaniah.
- Hubungan antara Emosi dan Tingkah laku
Ada empat teori yang menjelaskan hubungan antara emosi dengan tingkah laku,yaitu:
a. Teori Sentral
Menurut
teori ini,gejala kejasmanian termasuk tingkah laku merupakan akibat
dari emosi yang dialami oleh individu. Teori ini dikemukakan oleh Walter
B Canon(Mafhudh Salahudin,1986:264)
b. Teori Peripheral
Menurut
teori ini,bahwa gejala-gejala kejasmanian atau tingkah laku seseorang
merupakan akibat dari emosi,yang dialami oleh individu itu,sebagai
akibat dari gejala-gejala kejasmanian. Teori ini dikemukakan oleh James
dan Lange(CP Chaplin.1989:264)
c. Teori Kpribadian
Menurut
teori ini,emosi merupakan suatu aktifitas pribadi,dimana pribadi ini
tidak dapat dipisah-pisahkan. Maka emosi meliputi pula
perubahan-perubahan jasmani.
d. Teori kedaruratan Emosi (Emergeney Theoryof The Emotion)
Reori
ini mengemukakan bahwa reaksi yang mendalam(visceral) dari kecepatan
jantung yang semakin bertambah akan menambah cepatnya aliran darah
menuju ke urat-urat, hambatan-hambatan pada pencernaan,pengembangan atau
pemuaian pada kantung-kantung didalam paru-paru dan proses lainnya yang
mencirikan secara khas keadaan emosional seseorang,kemudian menyiapkan
organisme untuk melarikan diri atau untuk berkelahi,sesuai dengan
penilaian terhadap situasi yang ada oleh kulit otak. Teori ini
dikemukakan oleh Cannon (CP Ehaplin,1989:162)
- Karekteristik Perkembangan Emosi Remaja
Karakteristik perkembangan remaja sejalan dengan perkembangan masa remaja itu sendiri,yaitu sebagai berikut:
a. Perubahan
fisik tahap awal pada periode pra-remaja disertai sikap kepekaan
terhadap rangsang-rangsang dari luar menyebabkan responnya biasanya
berlebihan sehingga mereka mudah tersinggung dan cengeng,tetapi juga
cepat merasa senang bahkan meledak-ledak.
b. Perubahan
fisik yang semakin tampak jelas pada periode remaja awal menyebabkan
mereka cendrung menyendiri sehingga tidak jarang pula merasa
terasing,kurang perhatian dari orang lain,atau bahkan merasa tidak ada
orang yang mau memperdulikannya.
c. Periode
remaja tengah sudah semakin menyadari pentingnya nilai-nilai yang dapat
dipegang teguh sehingga jika melihat fenomena yang terjadi di
masyarakat yang menunjukkan adanya kontradiksi dengan nilai-nilai moral
yang mereka ketahui menyebabkan remaja sering kali secara emosional
ingin membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar,baik
dan pantas untuk dikembangkan dikalangan mereka sendiri. Lebih-lebih
jika orang tua atau orang dewasa disekitarnya ingin memaksakan
nilai-nilainya.
d. Periode
remaja akhir mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai
menunjukkan pemikiran,sikap,perilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab
itu,orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang
selayaknya kepada mereka. Interaksi dengan orang tua juga semakin lebih
bagus dan lancar karena mereka sudah semakin bebas penus serta emosinya
pun mulai stabil.
Perasaan yang sering muncul :
a. Cinta / kasih sayang
Faktor
penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai
orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain.
Tampaknya tidak ada manusia, termasuk remaja, yang hidup bahagiadan
sehat tanpa mendapatkan cinta dari orang lain. Para remaja yang berontak
secara terang-terangan, nakal dan mempunyai sikap permusuhan besar
kemungkinan disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak
disadari.
b. Gembira
Rasa
gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik
dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai
sahabat, atau bila jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambutan
(diterima)oleh yang cintai.
kemarahan dan permusuhan
c. Rasa marah
Rasa
marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang memainkan
peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian melalui rasa
marahnya seseorang mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan
minat-minatnya sendiri. Sikap-sikap permusuhan mungkin berbentuk dendam,
kesedihan, prasangka, atau kecenderungan untuk merasa tersiksa.
d. Ketakutan dan Kecemasan
Ketakutan
muncul karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa tidak berani yang
bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri. Biasanya para remaja
merasa takut hanya pada kejadian-kejadian bila mereka merasa bahaya.
Satu-satunya cara untuk menghindarkan diri dari rasa takut adalah
menyerah pada rasa takut, seperti terjadi bila seorang begitu takut
sehingga ia tidak berani mencapai apa yang Semarang atau masa depan yang
tidak menentu.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja
Ada lima faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja,yaitu:
a. Perubahan Jasmani
b. Perubahan pola interaksi dengan orang tua
c. Perubahan interaksi dengan teman sebaya
d. Perubahan pandangan luar
e. Perubahan interaksi dengan lingkungan sekolah
Sejumlah
penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi
mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar(Hurlock,
1960:266). Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam
mempengaruhi perkembangan emosi. Anak memperhalus ekspresi-ekspresi
kemarahannya atau emosi lain ketika ia beranjak dari masa kanak-kanak
kemasa remaja. Peralihan pernyataan emosi yang bersifat umum ke emosinya
sendiri yang bersifat individual ini dan memperhalus perasaan merupakan
bukti/petunjuk adanya pengaruh yang bertahap dan latihan serta
pengendalian terhadap perilaku emosional. Dengan bertambahnya umur,
menyebabkan terjadinya perubahan dalam ekspresi emosional. Bertambahnya
pengetahuan dan pemanfaatan media massa/keseluruhan latar belakang
Pengalaman, berpengaruh terhadap perubahan-perubahan emosional ini.
- Upaya mengembangkan emosi remaja dan implikasinya dalam penyelenggara pendidikan.
Upaya
yang dapat dilakukan untuk mengembangkan emosi remaja agar berkembang
kearah kecerdasan antara lain dengan belajar mengembangkan:
a. Keterampilan emosional
b. Keterampilan kognitif
c. Keterampilan prilaku
- Perkembangan Nilai,Moral dan Sikap
1. Pengertian nilai moral dan sikap
Nilai,
yaitu (1) suatu keyakinan, (2) berhubungan dengan cara bertingkah laku
dan tujuan akhir tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah
suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang
diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam
hidupnya.
Istilah
moral berasal dari kata "mores" (latin) yang artinya tata cara dalam
kehidupan,adat istiadat atau kebiasaan(Gunarsa 1988:36). Moral pada
dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang
harus dipatuhi(Shaffer 1979:408).
Sikap
adalah prodisposisi emosional yang dipelajari untuk berespons secara
konsisten terhadap suatu objek (fishbein 1975:6). Sikap merupakan
variabel latent yang mendasari,mengarahkan dan mempengaruhi prilaku.
2. Hubungan antara nilai,moral dan sikap
Nilai
merupakan dasar pertimbangan dari individu untuk melakukan
sesuatu,moral merupakan perilaku yang harus dilakukan atau
dihindari,sedangkan sikap merupakan kesiapan (predisposisi) individu
untuk bersespons/bertindak terhadap objek sebagai manivestasi dari
sistem nilai dan moral yang ada didalamnya. Sistem nilai mengarahkan
pada pembentukan nilai-nilai moral tertentu yang selanjutnya akan
menentukan sikap individu sehubungan dengan objek nilai dan moral
tersebut. Dengan sistem nilai yang dimiliki individu akan menentukan
perilaku mana yang harus dilakukan dan yang harus dihindara yang akan
nampak dalam sikap dan perilaku nyata sebagai manifestasi dari sistem
nilai dan moral yang mendasarinya.
3. Karakteristik nilai,moral, dan sikap pada remaja
Salah
satu karakteristik remaja yang sangat menonjol yang berkaitan dengan
nilai adalah bahwa remaja sudah sangat merasakan akan pentingnya tata
nilai dan mengembangkan nilai-nilai baru yang sangat diperlukan sebagai
pedoman,pegangan,atau petunjuk dalam mencari jalannya sendiri untuk
menumbuhkan identitas diri menuju kepribadian yang semakin
matang(Sarwono,1989). Pembentukan nilai-nilai baru ini dilakukan dengan
cara identifikasi dan imitasi terhadap tokoh atau model tertentu atau
bisa saja berusaha mengembangkannya sendiri.
Karakteristik
yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah bahwa sesuai
dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir
operasional formal,yakni mulai mampu berfikir abstrak dan mulai mampu
memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotetis,maka pemikiran remaja
terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada
waktu,tempat,dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi
dasar hidup mereka(Gunarsa,1988). Perkembangan pemikiran moral remaja
dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan
kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggapnya sebagai suatu yang
bernilai walau belum mampu mempertanggungjawabkannya secara
pribadi(Monks,1989). Perkembangan pemikiran moral remaja yang demikian
ini,jika meminjam teori perkembangan moral dari Kohlberg berarti sudah
mencapai tahap konvensional. Pada akhir masa remaja akan memasuki tahap
perkembangan pemikiran moral berikutnya yang disebut dengan tahap pasca
konvensional/dimana orisinalitas pemikiran moral remaja sudah semakin
tampak jelas. Pemikiran moral remaja berkembang sebagai pendirian
pribadi yang tidak tergantung lagi pada pendapat atau pranata-pranata
yang bersifat konvensional.
Perubahan
sikap yang cukup menyolok dan ditempatkan sebagai salah satu karakter
remaja adalah sikap menantang nilai-nilai dasar hidup orang tua dan
orang dewasa lainnya(Gunarsa 1988),apalagi kalau orang tua atau orang
dewasa lainnya berusaha memaksakan nilai-nilai yang dianutnya kepada
remaja. Sikap menentang melawan pranata adat kebiasaan yang ditunjukkan
oleh para remaja ini merupakan gejala wajar yang terjadisebagai unjuk
kemampuan berpikir kritis terhadap segala sesuatau yang dihadapi dalam
realitas. Gejala dikap menentang pada remaja itu hanya bersifat
sementara dan akan berubah serta berkembang kearah moralitas yang lebih
matang dan mandiri.
Lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja menurut michael yaitu:
a. pandangan moral individu makin lama makin menjadi lebih abstrae
b.
keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa
yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan
c. penilaian moral menjadi semakin kognitif
d. penilaian moral menjadi kurang egoistik
e. penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal
dalam penyelidikan yang dilakukan oleh kolhberg mengemukakan 6 tahap(stadium) perkembangan moral. Ada tinkat perkembangan moral menurut kolhberg, yaitu tingkat:
1. prakonvensional
2. konvensional
3. postkonvensional
4. Faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai,moral dan sikap
Lingkungan
merupakan faktor penentu bagi pertumbuhan dan perkembangan
nilai-nilai,moral dan sikap-sikap individu(Horrocks,1976;Gunarsa 1988).
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan nilai,moral dan
sikap individu ini mencakup aspek psikologis,sosial,budaya dan fisi
kebendaan,bak yang terdapat dalam lingkungan keluarga,sekolah maupun
masyarakat.
5. Upaya pengembangan nilai,moral dan sikap pada remaja serta implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan.
Suatu sistem sosial yang paling awal berusaha menumbuhkembangkan sistem nilai,moral dan sikap kepada anak-anak adalah keluarga. Ini
didorong oleh keinginan dan harapan yang kuat pada orang tua agar
anaknya tumbuh dan berkembang menjadi individu yang menjunjung tinggi
nilai-nilai yang luhur,mampu membedakan antara yang baik dan buruk dan
para orang tua menanamkan nilai-nilai luhur,moral dan sikap yang baik
bagi anak-anaknya agar dapat berkembang menjadi generasi penerus yang
diidamkan.
Upaya
pengembangan nilai,moral dan sikap juga diharapkan dapat dikembangkan
secara efektif dilingkungan sekolah. Disekolah ada bidang studi
PMP,Pendidikan Agama,etika dan budi pekerti yang emplisit dalam setiap bidang studi yang diajarkan.
Ada
serangkaian penelitian menarik yang dilakukan oleh Blatt dan Kohlberg
(1995) yang menunjukkan bahwa upaya pedagogis yang lebih terbatas untuk
merangsang proses perkembangan moral dapat juga memiliki dampak yang
berarti pada anak.
Prosedur
diskusi moral yang digunakan oleh Blatt yaitu prosedur
pertama,kurikulum pendidikan moral dipusatkan pada suatu rangkaian
dilema moral yang didiskusikan bersama-sama antara siswa dan guru. Prosedur kedua, menimbulkan diskusi antara para murid pada dua tahap perkembangan moral yang berdekatan.
Implikasi
bagi pendidikan dari hasil-hasil penelitian blatt itu adalah bahwa guru
harus secara serius membantu para siswa untuk mempertimbangkan berbagai
konflik moral yang sesungguhnya,memikirlan cara pertimbangan yang
digunakan dalam menyelesaikan konflik moral,melihat ketidakkonsistenan
dalam cara berfikirnya,dan menemukal jalan untuk mengatasinya.
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN EMOSI, NILAI, MORAL, SIKAP REMAJA
1. Pengertian Emosi
Emosi
merupakan perasaan-perasan yang dipengaruhi dari warna afektif. Warna
afektif yang dimaksud disini adalah perasaan senang atau tidak senang
yang selalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari. Disamping
perasaan senang atau tidak senang, beberapa contoh macam emosi yang lain
adalah gembira, senang, cinta, marah, takut, cemas dan benci. Pada saat emosi seringkali terjadi perubahan-perubahan pada fisik, antara lain berupa:
a. Peredaran darah ; bertambah cepat bila marah
b. Reaksi elektris pada kulit ; meningkat bila terpesona
c. Denyut jantung ; bertambah cepat bila terkejut
d. Pernapasan ; bernapas panjang kalau kecewa
e. Pupil mata ; membesar bila marah
f. Bulu roma ; berdiri kalau takut, dsb.
2. Pengertian nilai
Schwartz
(1994) juga menjelaskan bahwa nilai adalah (1) suatu keyakinan, (2)
berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu, (3)
melampaui situasi spesifik, (4) mengarahkan seleksi atau evaluasi
terhadap tingkah laku, individu, dan kejadian-kejadian, serta (5)
tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.
Nilai
sebagai sesuatu yang lebih diinginkan harus dibedakan dengan yang hanya
‘diinginkan’, di mana ‘lebih diinginkan’ mempengaruhi seleksi berbagai
modus tingkah laku yang mungkin dilakukan individu atau mempengaruhi
pemilihan tujuan akhir tingkah laku (Kluckhohn dalam Rokeach, 1973).
‘Lebih diinginkan’ ini memiliki pengaruh lebih besar dalam mengarahkan
tingkah laku, dan dengan demikian maka nilai menjadi tersusun
berdasarkan derajat kepentingannya.
3. Pengertian Moral
Istilah
moral berasal dari kata "mores" (latin) yang artinya tata cara dalam
kehidupan,adat istiadat atau kebiasaan(Gunarsa 1988:36)
4. Karakteristik nilai, moral dan sikap remaja.
Lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja menurut michael yaitu:
a. pandangan moral individu makin lama makin menjadi lebih abstrae
b.
keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa
yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan
c. penilaian moral menjadi semakin kognitif
d. penilaian moral menjadi kurang egoistik
e. penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal
dalam
penyelidikan yang dilakukan oleh kolhberg mengemukakan 6 tahap(stadium)
perkembangan moral. Ada tinkat perkembangan moral menurut kolhberg,
yaitu tingkat:
1. prakonvensional
2. konvensional
3. postkonvensional
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja
Ada lima faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja,yaitu:
d. Perubahan Jasmani
e. Perubahan pola interaksi dengan orang tua
f. Perubahan interaksi dengan teman sebaya
g. Perubahan pandangan luar
h. Perubahan interaksi dengan lingkungan sekolah
6. Karekteristik Perkembangan Emosi Remaja
Karakteristik perkembangan remaja sejalan dengan perkembangan masa remaja itu sendiri,yaitu sebagai berikut:
a.
Perubahan fisik tahap awal pada periode pra-remaja disertai sikap
kepekaan terhadap rangsang-rangsang dari luar menyebabkan responnya
biasanya berlebihan sehingga mereka mudah tersinggung dan cengeng,tetapi
juga cepat merasa senang bahkan meledak-ledak.
b.
Perubahan fisik yang semakin tampak jelas pada periode remaja awal
menyebabkan mereka cendrung menyendiri sehingga tidak jarang pula merasa
terasing,kurang perhatian dari orang lain,atau bahkan merasa tidak ada
orang yang mau memperdulikannya.
c.
Periode remaja tengah sudah semakin menyadari pentingnya nilai-nilai
yang dapat dipegang teguh sehingga jika melihat fenomena yang terjadi di
masyarakat yang menunjukkan adanya kontradiksi dengan nilai-nilai moral
yang mereka ketahui menyebabkan remaja sering kali secara emosional
ingin membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar,baik
dan pantas untuk dikembangkan dikalangan mereka sendiri. Lebih-lebih
jika orang tua atau orang dewasa disekitarnya ingin memaksakan
nilai-nilainya.
d.Periode
remaja akhir mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai
menunjukkan pemikiran,sikap,perilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab
itu,orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang
selayaknya kepada mereka. Interaksi dengan orang tua juga semakin lebih
bagus dan lancar karena mereka sudah semakin bebas penus serta emosinya
pun mulai stabil.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap
Bagi
para ahli psikoanalisis perkembangan moral dipandang sebagai proses
internalisasi norma-norma masyarakat dan dipandang sebagai kematangan
dari sudut organik biologik. Teori-teori lain yang lain yang
nonpsikoanalisis beranggapan bahwa hubungan teori perkembangan moral
yang dikemukakan oleh kohlberg menunjukan bahwa sikap moral bukan hasil
sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan dan hal-hal
lain yang berhubungan dengan nilai kebudayaan. Dalam perkembangan nilai
kohlberg menyatakan adanya tahap-tahap yang berlangsung sama pada setiap
kebudayaan. Moral yang sifatnya penalaran menurut kohlberg
perkembangannya dipengaruhi oleh perkembangan nalar sebagaimana
dikemukakan oleh piaget.
6. Saling keterkaitan antara nilai, moral, dan sikap serta pengaruhnya terhadap tingkah laku.
Nilai-nilai
kehidupan adalah norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, misalnya,
adat kebiasaan dan sopan santun (sutikna, 1988:5).nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila yang termasuk dalam sila kemanusiaan yang
beradil dan beradab, antara lain:
a. mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia
b. mengembangkan sikap tenggang rasa
c. tidak semena-mena terhadap orang lain, berani membela kebenaran dan keadilan, dsb.
Kaitannya antara nilai dan moral:
Moral
adalah ajaran tenggang baik-buruk, perbuatan, kelakuan akhlak,
kewajiban, dsb.(purwa darminto, 1957:957). Dalam kaitannya dengan
pengalaman nilai-nilai hidup maka moral merupakan kontrol dalam bersikap
dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang dimaksud. Dengan
demikian keterkaitan antara nilai, moral dan sikap tingkah laku akan
tampak dalam pengalaman nilai-nilai.
7. Upaya pengembangan nilai,moral dan sikap pada remaja serta implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan.
Suatu
sistem sosial yang paling awal berusaha menumbuhkembangkan sistem
nilai,moral dan sikap kepada anak-anak adalah keluarga. Ini didorong
oleh keinginan dan harapan yang kuat pada orang tua agar anaknya tumbuh
dan berkembang menjadi individu yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang
luhur,mampu membedakan antara yang baik dan buruk dan para orang tua
menanamkan nilai-nilai luhur,moral dan sikap yang baik bagi anak-anaknya
agar dapat berkembang menjadi generasi penerus yang diidamkan.
Upaya
pengembangan nilai,moral dan sikap juga diharapkan dapat dikembangkan
secara efektif dilingkungan sekolah. Disekolah ada bidang studi
PMP,Pendidikan Agama,etika dan budi pekerti yang emplisit dalam setiap bidang studi yang diajarkan.
Ada
serangkaian penelitian menarik yang dilakukan oleh Blatt dan Kohlberg
(1995) yang menunjukkan bahwa upaya pedagogis yang lebih terbatas untuk
merangsang proses perkembangan moral dapat juga memiliki dampak yang
berarti pada anak.
Prosedur
diskusi moral yang digunakan oleh Blatt yaitu prosedur
pertama,kurikulum pendidikan moral dipusatkan pada suatu rangkaian
dilema moral yang didiskusikan bersama-sama antara siswa dan guru.
Prosedur kedua, menimbulkan diskusi antara para murid pada dua tahap
perkembangan moral yang berdekatan.
Implikasi
bagi pendidikan dari hasil-hasil penelitian blatt itu adalah bahwa guru
harus secara serius membantu para siswa untuk mempertimbangkan berbagai
konflik moral yang sesungguhnya,memikirlan cara pertimbangan yang
digunakan dalam menyelesaikan konflik moral,melihat ketidakkonsistenan
dalam cara berfikirnya,dan menemukal jalan untuk mengatasinya.
terimakasih atas blognya, sangat membantu sekali
BalasHapus